Review: Lima Novel yang Tidak Sesuai Ekspektasi Pembaca Karena Covernya?

Review: Lima Novel yang Tidak Sesuai Ekspektasi Pembaca karena Covernya?



Pernah nggak sih kalian membeli, memilih, memutuskan membaca novel atau suatu buku yang didasarkan pada covernya? Pasti cukup sering bukan?

Menurut kami tampilan cover suatu buku atau apapun itu dapat mempengaruhi pembaca atau seseorang. Tapi gimana jadinya kalau akhirnya kita harus kecewa karena covernya?

Memang sih ada istilah "jangan melihat buku dari sampulnya" tapi, apa mau dikata kalau setiap penerbit memiliki magic membuat cover yang super menarik dan bikin ngiler para pembaca? Ini jahat! 

Terdapat lima novel yang membuat kami kecewa banget, karena memutuskan membaca novel tersebut, dan hal ini karena terjebak dan terbujuk rayuan covernya :'( 

Memang bukan salah penulisnya, bila isinya tidak sesuai harapan pembaca. Lha wong pembacanya saja ada banyak dan berbagai macam orang dari latar belakang yang berbeda-beda. Udah jelas dong kalau penulisnya nggak bisa memuaskan setiap ekspektasi pembaca.

Tapi berikut ini lima novel yang membuat kami kecewa karena covernya menarik tapi isinya kurang greget abissss. Ini hanya menurut pendapat kami lho yaa :') maaf kalau misal pada postingan ini kami terlalu terbuka dalam mengungkapkan pendapat kami :'( kami tidak bermaksud menyinggung, kami hanya ingin mengeluarkan unek-unek kami terkait novel yang kami baca karena memutuskan membaca disebabkan covernya.

Berikut inilah daftarnya!

1. Novel di perpustakaan tempat salah satu admin pernah magang

Sebenarnya kami telah berusaha membongkar ingatan, memori, serta koleksi foto, untuk menemukan foto novel tersebut. Namun sayang, fotonya tidak ditemukan. Belum lagi judul novel tersebut telah terlupakan. Haduh! Ada satu hal yang masih teringat, novel tersebut merupakan novel yamg diangkat dari Wattpad. Dengan cover hitam, berbahan bagus, dari penerbit rookie (baru), dan novel tersebut tebal banget.

Novel tersebut sejujurnya sangat memikat pembaca dari segi cover! Astaga covernya memiliki kesan yang sangat kuat, keren, dan penggunaan warna hitamnya memberi kesan dewasa, yang menunjukan memiliki cerita dengan alur yang cukup berat. 

Selain dari segi desain grafisnya, seingat kami, covernya memiliki bahan yang cukup bagus. Bahan covernya tebal dan paper yang digunakan terlihat bagus. Pokoknya, overall sangat memikat. Luar biasa memikat.

Atau mungkin kami yang berekspektasi, hmm... karena (mungkin) terbiasa melihat cover dari series Harlequinnya Gramedia? Hmmm... Meskipun cerita yang dibawakan series Harlequin itu termasuk yang biasa aja. Seperti ini, orang kaya ketemu orang kaya awalnya saling membenci tapi lama-lama jadi cinta. Yahhh pokoknya akan berakhir menjadi cinta abadi (kebanyakan sih begitu). Tapi meskipun inti ceritanya sederhana, menurut kami para penulis dari series Harlequin itu biasanya memiliki kemampuan mengolah latar belakang dari masing-masing tokohnya. Kepandaian mengolah masalah masing-masing tokoh ini, menurut kami cukup sulit lho. Dan tentunya kami selalu terkesan pada para penulis yang mengangkat cerita sederhana menjadi indah karena latar belakang masalahnya sangat kuat.

Novel ini bertema perjodohan cinta yang dipaksakan. Tapi astagaaaaa, ampuuuunn deh. Novel ini kurang greget membawakan ceritanya. Kami tidak akan spoiler. Tapi kami akan membahas hal yang kurang greget. Yups, latar belakang perjodohannya itu, terlalu maksa banget. Bahkan sebenarnya kalau perjodohan itu tidak pernah ada, juga nggak masalah sih (menurut kami). Tidak ada hal mendesaknya sama sekali. 

Kurangnya eksekusi yang greget pada permasalahan atau malah masalahnya yang kurang greget? Ahh apapun itu, dapat membuat laju cerita menjadi membosankan, dan seakan dipaksakan oleh penulisnya. Apalagi kurangnya penulis mengeksekusi masalah terkait pekerjaan. Aduuuuhduhhhh... jaman sekarang seenggak-pernahnya kalian ketemu sama bos kalian, seenggaknya kalian akan tahu NAMA bos kalian dong. 

Ini pernikahan sekelas bos lhoo dan yang hadir cuma seiprit dan bahkan kesannya kayak nikah karena kecelakaan. Aduh.

Semakin dibaca, semakin flat lah cerita ini. Terlalu banyak celah yang seharusnya dapat menjadi lonjakan dari cerita. Namun dieksekusi dengan pisau yang datar pula, dan hasilnya sangat datar. Hahhh sayang sekali.

Walhasil tidak mungkin kan melanjutkan suatu cerita yang sudah bikin gedek. Terlalu flat banget jalan ceritanya. Ahhhh!

2. Black Confetti

Novel ini juga sangat flat, awalnya kami sangat tertarik karena covernya dan judul dari novel ini. Waaah semacam Harlequin nih! Walaupun kami awalnya masih bimbang ini penulis luar atau dalam negeri ya? 

Awal cerita menarik, tapi sedikit agak flat. Latar belakang perjodohan tidak dieksekusi secara epic. Kayak cuma perjanjian, lalu neneknya sakit -_- serius perjanjian semacam apa? Apa yang melatarbelakangi perjanjian itu? Kenapa juga kedua belah keluarga setuju dan nerimo banget? Padahal anak-anaknya nggak? Terus juga latar belakang kedua belah pihak yang dijodohkan kurang diulas secara terbuka. Menurut kami ini menyebabkan cerita menjadi datar.

Misal, perjanjian harus dilaksanakan karena mami-maminya sudah bersahabat akrab dan memutuskan agar anaknya dijodohkan saja. Pokoknya para mami ikut ambil bagian dalam perjodohan agar anak-anaknya bisa saling dekat. Biasa kan? Para ibu suka ikut campur?

Atau masalah apalah gitu. Nah ini cuma karena perjanjian yang entah karena dasar dan landasan apa? Haduh.. tidak bisa terima. Bayangin, diri sendiri ada di posisi pemeran utama, terus keluarga meminta agar kita menerima lamaran dari seseorang, yang tidak pernah dikenal, ujug-ujug dikenalkan, lalu kudu menikah dan menghabiskan sisa hidup dengannya yang tidak dikenal? Apa mau? Hal inilah yang membuat pentingnya latar belakang suatu masalah yang diciptakan.  

Belum lagi si cowoknya plin plan abis. Duh makin gedek lah -_-

Dan hal yang menurut kami paling nggak bisa diterima tentu saja, latar belakang perjodohan mereka yang nggak reasonable.

Duh kalau cuma bikin kisah yang banyak kiss atau mengumbar kata romantis itu sih gampang, tapi membangun cerita agar menarik itu yang sulit.

Yups, novel pertama dan kedua ini flat banget masalah perjodohannya. Masalahnya kurang greget. Bacanya terlalu lancar jaya, sampai nggak kerasa naik-turunnya emosi. Emosi kegedekan yang meningkat tajam.

Review dari novel ini banyak yang suka, walaupun terdapat beberapa review sumbang, karena mungkin terlalu cepat. Sebenarnya daripada dibilang terlalu cepat, ceritanya kurang berat, masalahnya kurang greget. 

3. Friends Don't Kiss



Awal cerita masih ok, ok, ok. Namun sangat disayangkan, cerita ini memiliki kelemahan pada tokoh utama wanitanya. Gini yaaa, meskipun nggak belerja karena, misal orangtua sudah kaya tujuh turunan dan nggak bakal habis-habis. Ihhh tapi kan biasanya anak ingin terlepas dari pengaruh orangtua, termasuk secara finansial. Lalu misal sudah punya usaha yang cukup menguntungkan, kenapa nggak memikirkan  untuk membuka cabang usaha tersebut?  Kenapa si tokoh utama cuma melakukan aksi menggemakan menyusui secara langsung, pokoknya nggak boleh pakai susu formula. Setiap hari gitu-gitu saja? Nggak terbayangkan. Betapa bosannya? Kenapa nggak sekalian mengambil kelas untuk hal-hal terkait bidang itu saja? kenapa cuma menjadi masa aksi menyusui saja? 

Pertanyaan seperti itulah yang berputar terus ketika membaca. Semakin dibaca malah semakin benci pada si tokoh utama. Astagaaaa bayangkan anaknya presiden yang sudah kaya saja masih kerja mengembangkan usaha kuliner lah-apalah, pokoknya nggak bisa anteng. Lah ini dia sudah kaya tapi kenapa nggak mau usaha membuat apa gitu yang dapat membuatnya dapat menambah penghasilan? Malah asyik keluyuran entah kemana, tapi bisa tinggal di apartemen mewah, aduh, hidup kami memang beda lah yaa standarnya. Dan maka dari itu, kami nggak bisa memahami pergolakan batin si tokoh utama. Yang intinya hanya memikirkan gerakan menyusui -_-

Kurang greget saja latar belakang si tokoh utama. Andai dibuat dia ini pekerja keras yang doyan rapat dan membuat ide-ide gila serta selalu terobsesi membuat usaha, terus menelurkan anak usaha baru, tapi masih sempat menyisihkan waktu untuk mengikuti aksi maupun seminar pentingnya menyusui dan dia sangat membenci susu formula karenanya. Itu malah akan memberikan kesan kuat pada si tokoh utama. Atau misal dia menemukan sendiri kasus yang melibatkan susu formula, atau terkait masa kecilnya, atau apalah gitu, biar greget. Bukannya malah keluyuran kesana kemari, jomblo, dan suka ngatur adiknya tentang susu formula. Haduh! Harusnya latar belakangnya agak di dramatisir. Kuatkan masalah yang melatarbelakangi tokoh utama, kenapa dia anti banget sama susu formula. Misal dia dibuat jadi janda, dan anaknya meninggal gara-gara susu formula atau gimana gitu. 

Bayangkan tokoh utama yang luntang-lantung, tapi asyik memberikan ceramah pentingnya menyusui si bayi ke adiknya? Isssh gedek kaleeee -_-, sebenarnya lebih tepatnya sih kurang impact gitu kali yaa?

Kekurangan dari novel ini adalah dia terlalu fokus pada susu formula! Penjelasan terkait susu formula dan menyusuinya sih dapet banget. Malah informatif sih, karena dikombinasikan menjadi novel. Tapi ampun deh! Eksekusi tokohnya itu yang bikin greget. Males menyelesaikan membaca novelnya!

Apalagi setelah membaca review dari orang-orsmg yang sudah membaca novel ini hingga tamat-tuntas-selesai-the end. Astagaaa masakkk sih tokoh utama yang cowok rela menutup pabrik? Ah ini sih kegelian yang baru. Emang yaa kasus holang kaya beda kalau lagi jatuh cinta, bisa sebucin itu. Itu karyawannya kena phk masal dong? Ah... setidaknya sedikit merasa beruntung karena tidak melanjutkan membaca hingga tuntas, bisa gedek setengah hidup -_-

4. Bellamore - A Beautiful Love to Remember



Astaga novel yang satu ini cuma membahas masalah virginnya si tokoh utama, aduuuuh. Iya sih masalahnya jadi lebih terfokus. Tapi astaga -_- pembaca aja gedek loh! kalau sampai ada yang nanya-nanya kenapa sih loe kok masih virgin, idih... muak banget. Nah ini si tokoh utama ditanyai terus oleh rekan kerjanya yang super hot dari Itali (kalau nggak salah), bukan cuma satu orang sih yang menanyainya, tapi banyak! Orang-orang kayak gitu sih mending nggak usah diurusi, tinggal sejauh mungkin, lalu cuekin seumur hidup, anggap dia nggak ada. Bayangkan kalau di real life kalian ditanyaian kapan nikah sama lawan jenismu dan dia termasuk orang yang menyebalkan, nggak tau deh gimana mau tumbuh cinta, yang ada perasaan gedek banget.

Dan kami terlanjur gedek, karena cuma itu mulu yang dibahas. Ah elah.

Kenapa nggak memberi kesan masalah yang kuat pada tokoh utamanya? Misal si cewek pernah melihat sendiri, atau pengalaman dari orang terdekatnya gitu, betapa ruginya kalau menyerahkan diri pada seseorang yang masih belum pasti menjadi jodohnya. Atau apalah, pokoknya dibuat kesan kuat. 

Yups! Kesan si tokoh utama kurang kuat dan greget. Belum lagi, masak setiap pertemuan selalu berakhir dengan pertanyaan "Kenapa kamu menjaga virginity-mu." Ah... males kali dilanjutkan.

Untuk novel ini, terdapat cukup banyak review positif sih daripada negatifnya, tapi tetap saja, ada yang sependapat dan sepemikiran dengan kami. Kalau novel ini jadi flat ditengah-tengah, karena terlalu gedek sendiri.

5. In the Sea of Stars



Awal cerita novel ini bagus. Belum lagi ide cerita yang menalitemalikan antara masa lalu dan masa kini. Reinkarnasi. Pokoknya keren. Eh tapi di pertengahan cerita, ceritanya jadi flat nggak seru, dan kurang greget saja. Padahal karakternya dapat, masalah dapat juga, tapi entah kenapa ketika sudah ditengah-tengah cerita, rasanya malah flat. Jadi kami memutuskan tidak melanjutkannya :D hehehe. 

Permasalahannya kurang greget pedes ulalala. Dan akhirmya kami memutuskan untuk berhenti membacanya.

Udah gitu saja.



Yah sekian ulasan, review, curahan hati pembaca atau kami, tentang novel-novel yang memikat dari segi cover tapi sayang cerita yang dibawakan kurang greget. Permasalahan yang disuguhkan kurang renyah. 

Memang sih jangan menilai segala sesuatu hanya dari covernya. Kalian harus baca dulu dalamanya, baru tentukan, apakah novel tersebut bagus atau tidak.

Diantara banyaknya penulis maupun penerbit novel, tentunya akan ada novel-novel dengan  kesan datar dan permasalahan yang kurang greget. Tapi, ini hanya penilaian kami sebagai pembaca. Mungkin kalian memiliki pengalaman lain ketika sama-sama membaca lima novel tersebut :)

Dari hal ini, dapat kita ambil faedahnya bahwa kita tidak boleh menilai sesuatu hanya dari tampilan depan saja, selain itu kita tidak boleh berekspektasi terlalu tinggi hanya karena kita telah melihat tampilan depannya. Sama seperti manusia, jangan hanya menilai manusia hanya dari tampilannya saja, tapi kita harus berteman dengannya, mendengarkan kisah hidup dari sudut pandangnya, dan kalian akan mengetahui sedikit tentangnya.

Terima kasih sudah membaca review kami kali ini, apabila ada kesalahan, kekurangan, kekhilafan, maupun kata-kata kasar, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Postingan ini hanyalah kritik pembaca, yang tidak merepresentasikan pemikiran setiap pembaca lima novel tersebut.

Kalian juga dapat membaca lima rekomendasi novel dari kami disini :)

Terima kasih! Keep creative! Keep literate!


Semoga harimu selalu menyenangkan! Keep creative! keep literate!





See you!
Salam kreatif

Penulis: Admin Journal Creative World 
Editor: Admin Journal Creative World












Komentar

KAMI BERHAK UNTUK:

Menghapus komentar yang tidak mendidik, merendahkan atau menistakan suatu golongan, serta pertimbangan kenyamanan publik lainnya. Kami harap setiap komentar yang muncul di blog ini ramah untuk dibaca pengguna di segala rentang usia. Mohon cerdas dalam berkomentar.