Story: BAB 1 (Kekacauan Pikiran) | Satria Untuk Sonna #3

Story: BAB 1 (Kekacauan Pikiran) | Satria Untuk Sonna #3


BAB 1 (Kekacauan Pikiran)


Estimasi waktu membaca: 
00:05:00 (lima menit)

“Assalammualaikum.” Sapa Ayah ketika sampai di depan kamar kosku yang sudah terbuka lebar.
“Waalaikumsalam.” Balasku sambil mencium kedua tangan orangtuaku. Lalu Umi Yati datang sambil membawa baki yang dipenuhi tiga gelas kecil teh dan satu stoples camilan kering.
“Maaf ya Pak, Bu... seadanya saja.” Ucap Umi Yati sambil mengangsurkan baki tersebut padaku, dan kusambut dengan anggukan halus. Lalu setelah itu Umi Yati menyusul Abah Imoo di depan dan mengobrol di sana. Meninggalkan kami bertiga untuk berbicara.
Setelah cukup lama kami bertiga saling berbasa-basi, membahas segala hal. Mulai dari kesibukan kedua adikku yang sebenarnya super nakal itu, lalu membahas teman-teman kosanku, membahas Abah dan Umi yang selalu awet muda, dan membahas kaos kaki yang entah bagaimana ceritanya bisa menyisipkan diri di antara obrolan kami. Pokoknya segala pembahasan yang tidak jelas juntrungannya. Hingga tibalah saatnya ketika Ibu berdeham, tanda ingin menyudahi permainan tarik-ulur di antara kami.
“Ehem!” Deham Ibu pertanda meminta perhatian dari aku dan ayah. “Jadi... sebentar lagi adalah ulangtahunmu yang ke tiga puluh. Ada hadiah yang ingin kamu minta dari kami?” ujar Ibu, langsung pada poinnya. Ulangtahunku yang sebenarnya masih jauh, masih tiga bulan lagi.
Aku yang awalnya sedang bercanda dengan ayah tentang pertandingan sepak bola, segera menyadari perubahan suasana. “Kan masih lama Bu ulangtahunku. Lagian kalau mau kasih hadiah, aku bisa terima semuanya kok!” Ujarku sambil tertawa.
“Jadi gini Son, Om Hanan dan Tante Ike, bulan depan akan mampir.” Ujar Ayah mulai menyesuaikan dengan gerak langkah Ibu yang sudah lebih dahulu memulai membuka topik pembahasan ini. Walaupun aku dapat melihat dengan jelas bahwa ayah sama tersiksanya ketika harus membahas topik ini. Seperti sedang berusaha menghindari ladang penuh ranjau. “Tapi kata Om Hanan dan Tante Ike, mereka bakal ditemani anaknya Om Sandi, ingatkan? Teman Ayah dan Om Hanan waktu kecil dulu?” imbuh Ayah bersusah payah, sambil menatap kesana kemari, asal bukan arahku. Kulihat Ibu juga sama tersiksanya ketika membahas hal ini. Walaupun ibu yang memulainya. “Nah, kira-kira kamu bisa nggak pulang saat Om Hanan dan Tante Ike mampir ke rumah? Sekalian buat teman ngobrol anaknya Om Sandi.” Lanjut Ayah menyudahi. Kulihat ayah nampak lega sekali. Walaupun keringat dingin masih mengembun di sekitar dahinya.
“Ibu ada urusan dengan Tante Ike, dan ayahmu ada hal yang harus dibahas secara serius dengan Om Hanan. Jadi kasian Wahyu kalau nggak ada teman ngobrolnya?” Timpal Ibu cepat sekali, seolah bila terlambat sedikit saja, kata-kata tersebut dapat hilang terhempas udara.
Melihat ekspresiku, ayah memutuskan untuk membuat sebuah alasan logis khas ayahku. “Lagian, ajak Wahyu jalan-jalan ke kota atau mal. Oh iya ajakin dia ke museum juga kalau perlu. Kamu kan suka sekali ajakin adik-adikmu buat ke museum. Atau jalan-jalan ke kampung seni juga bisa. Wahyu itu anaknya suka kerja terus, jadi bakal asyik tentunya kalau kamu ajakin dia untuk muter-muter di kota.” Ayah menyudahi beban yang mengimpit pikirannya.
“Lagian, kalau memang sedang ada ha-hal serius yang harus dibicarakan, kenapa harus ajakin anaknya Om Sandi sih? Kan malah repot sendiri.” Balasku lebih logis lagi. Hal-hal terkait pembahasan logis ini sudah terlalu mengakar kuat di alam bawah sadarku. Sehingga tanpa memerlukan waktu lama, aku dapat membuat alasan yang lebih logis lagi. “Apalagi Om Hanan dan Tante Ike kan juga seperti Ayah dan Ibu yang suka jalan-jalan. Rasanya nggak akan sulit untuk sekedar mampir ke tempat kita tanpa ditemani. Dan bukannya baru tahun kemarin ya mereka mampir? Mampir sendiri loh, tanpa ditemani anaknya siapa-siapa?” imbuhku lagi. 



Ikuti juga cerita ramadhan untuk menemani waktu berbuka! Di Ramadhan Bersama Bapak!

Ramadhan Bersama Bapak!



Rilis setiap minggu kedua dan keempat!
Selamat membaca!




Presented by
© Journal Creative World 2020

Komentar

KAMI BERHAK UNTUK:

Menghapus komentar yang tidak mendidik, merendahkan atau menistakan suatu golongan, serta pertimbangan kenyamanan publik lainnya. Kami harap setiap komentar yang muncul di blog ini ramah untuk dibaca pengguna di segala rentang usia. Mohon cerdas dalam berkomentar.