Review: Jaka Wulung - Hermawan Aksan | Review Novel Persilatan

 Review: Jaka Wulung - Hermawan Aksan | Review Novel Persilatan


Estimasi waktu baca:
delapan menit

Halo para pembaca sekalian! Untuk postingan kali ini kami telah siapkan tulisan menarik setelah membaca novel Jaka Wulung. Penasaran? Mari lanjutkan membacanya hingga selesai :)

Sebelum masuk ke zona review-mereview, ada baiknya kami menjelaskan sedikit terkait penemuan Jaka Wulung ini. Setelah memiliki beberapa aplikasi perpustakaan digital dari Aksaramaya, dan satu perpustakaan digital dari Kubuku, kami masih penasaran dengan eksistensi perpustakaan digital dari pengembang (developer) Gramedia. Hanya saja, kebanyakan perpustakaan digital yang dikembangkan oleh Gramedia, adalah perpustakaan digital yang keanggotaannya terbatas. Sehingga kami mencoba mencari perpustakaan digital yang dikembangkan oleh Gramedia, tapi keanggotaannya tidak terbatas, dan dapat segera melakukan konfirmasi keanggotaan.




Akhirnya kami menemukan EPerpusdikbud! Dan ketika mendaftar jadi anggota, ternyata cukup mudah. Singkat cerita, kami menemukan novel Jaka Wulung setelah melakukan penelusuran di aplikasi tersebut. Ingin tahu cerita selengkapnya? Mari kita segera memasuki zona review!

Jaka Wulung - Hermawan Aksan


Deskripsi Buku


Blurb

Review

Awal mula tertarik dengan novel ini karena COVER-nya!!!!! Hohoho super keren sekali artwork yang dijadikan cover. Selain itu, setelah membaca blurb-nya kami semakin yakin untuk meminjam novel ini. Selain karena niat kami untuk bulan ini adalah agar kami dapat mulai membaca novel-novel bertema sejarah masa kerajaan-kerajaan dengan cerita persilatan, yang sudah lama tidak kami baca.



Tentunya menemukan novel ini, ibarat harapan menjadi nyata. Walaupun dari blurb-nya kami belum bisa memastikan dengan pasti, terkait nantinya cerita akan membawa kami ke masa apa dan cerita akan berpusar terkait masalah apa (?). Maklumlah kami sudah terlalu lama meninggalkan cerita masa kerajaan-kerajaan yang selalu dibumbui persilatan maupun perkelahian tingkat dewa.


Oke-oke saatnya review!!!

Sejujurnya kami tidak memiliki ekspektasi apa-apa, berdasarkan dari blurb-nya yang dibuat misterius berteka-teki. Belum lagi pada blurb menyebutkan "...tataran Sunda", yang membuat kami menjadi semakin tertarik dan penasaran (?). Jadi kami memulai tanpa ekspektasi dan harapan apa-apa, mengingat kami yang sudah lama tidak membaca novel tentang sejarah masa kerajaan.

Cerita langsung membawa pembaca ke dunia persilatan dan jurus-jurusnya. Selain itu, pembaca dikenalkan dengan empat orang tokoh, yang awalnya kami kira salah satunya mungkin si Jaka Wulung tapi belum menggunakan nama tersebut. Tapi ternyata salah. Jaka Wulung muncul dengan sendirinya dengan cara yang dibuat lucu tapi yaa kami kurang dapat humornya. Dasar kami makhluk tidak lucu.



Novel ini berkisah tentang perjalanan Jaka Wulung dalam menyerap, mencecap, dan mendalami ilmu persilatan, ilmu kanuragan dan kesusastraan. Dimana Jaka Wulung digambar sebagai bocah cerdas yang dapat menerima setiap ajaran dan pelajaran, bahkan hanya dari melihat seseorang ketika sedang melakukan olah raga.

Sepanjang cerita pembaca akan dikenalkan dengan banyak sekali tokoh tersohor dunia persilatan. Dimulai dari yang berwujud buta (buto) hingga yang para orangtua yang masih memiliki ilmu tinggi. Selain itu, para pembaca juga akan dijelaskan terkait silsilah keluarga kerajaan Pajajaran (?). Utamanya mereka-mereka yang pandai dalam persilatan.

Para pembaca juga jangan mabuk yaaa dengan julukan dari setiap para pesohor yang jago dalam dunia persilatan. Ada banyak sekali julukan, dengan nama atau gelar atau sebutan yang panjang. Dan memiliki beragam keahlian, mulai dari yang ahli dalam menggunakan cambuk, selendang hingga gada.


Kekurangan dari novel (menurut pendapat kami)

Ceritanya sebenarnya cukup simpel dan sederhana. Hanya saja, menurut kami, cerita yang dibawakan kurang greget. Entah memang karena masih buku pertama, jadi penulis hanya ingin mengenalkan sosok Jaka Wulung. Lalu nantinya di buku selanjutnya cerita akan berkembang lebih kompleks (?). Tapi yaaah menurut kami cerita yang menggunakan latar masa kerajaan (sejarah) harusnya bisa lebih dari 200an halaman. Tentunya ceritanya akan menjadi kompleks dan menarik.

Belum lagi unsur kedekatan antar tokoh kurang intens. Kami sebenarnya ingin mendapat pandangan lebih terkait hubungan antara Jaka Wulung dan Ki Karta. Sayang kami belum merasakan kedekatan antar kedua tokoh ini. Lalu bagian tarung, silat, dan gelutnya masih kurang detail dalam menceritakan setiap kejadiannya.

Selain itu, dari awal kami membaca novel ini, kami dibuat agak tidak nyaman. Hal ini terkait dengan cara bercerita si penulis. Kami memang tidak memiliki kesukaan khusus terkait cara bercerita penulis, tapi entah kenapa cara bercerita novel ini kurang nyaman saja untuk kami.



Kelebihan novel ini (menurut kami)

Kelebihan yang pertama adalah novel ini memiliki perwajahan depan (cover depan) yang menarik. Selain itu, artwork yang digunakan untuk menggambarkan Jaka Wulung juga dibuat sejelas-jelasnya. Entah kenapa ketika melihatnya secara cermat, kami melihat wajah Adipati Dolken. Entahlah, salahkan saja mata kami.

Di sepanjang cerita, pembaca akan disuguhkan cukup banyak ilustrasi yang menggambarkan kejadian yang dimaksudkan sebagai highlight. Cukup banyak dan cukup bisa menggambarkan cerita yang berlangsung.
ilustrasi dalam

Ceritanya ringan, simpel dan sederhana, yang tentunya tidak membutuhkan waktu lama untuk menghabiskannya. Selain itu, masih ada dua novel lanjutan, yang pastinya akan membawa pembaca untuk meneruskan dan melanjutkan petualangan dan perjalanan Jaka Wulung. Dan series Jaka Wulung dapat dibaca melalui aplikasi EPerpusdikbud, kurang tahu juga apakah Jaka Wulung sudah tersedia di iPusnas, iJak, iJateng maupun dJatim??? 

Untuk bintang yang kami berikan pada novel ini ialah tiga bintang dulu. Siapa tahu nanti novel selanjutnya bisa bertambah bintangnya, hehehe.




Oke, sekian dulu review dari kami. Kurang dan lebihnya mohon diterima dan silahkan bila ingin membahasnya di kolom komentar :)

Sampai jumpa pada postingan kami yang berikutnya, yang rilis setiap hari Senin dan Sabtu pada pukul 09.00 wib.


Stay health, stay beauty, stay creative and stay literate




Semoga harimu selalu menyenangkan! 

Keep creative! Keep literate!



See you!
Salam kreatif

Penulis: Admin Journal Creative World 
Editor: Admin Journal Creative World













© Journal Creative World 2020

Komentar

Posting Komentar

KAMI BERHAK UNTUK:

Menghapus komentar yang tidak mendidik, merendahkan atau menistakan suatu golongan, serta pertimbangan kenyamanan publik lainnya. Kami harap setiap komentar yang muncul di blog ini ramah untuk dibaca pengguna di segala rentang usia. Mohon cerdas dalam berkomentar.