Review: Falling Home - Karen White | BookBloggger Indonesia

Review: Falling Home - Karen White | BookBloggger Indonesia


Estimasi baca: sepuluh menit

Selamat hari Sabtu! Rasanya hari ini kami sangat ingin sekali mereview buku yang kami beli bulan Desember ini, dan sebagai tanda pembelian buku terakhir tahun 2020! Kami telah menyiapkan review lengkap dan ringkasnya! Sudah tidak sabar bukan? Yuk langsung saja~


Falling Home - Karen White



Deskripsi buku



Blurb



Review


Langsung saja, penilaian kami tentang buku ini adalah.... bukan tipikal buku yang kami suka. Bintang yang kami berikan adalah satu bintang dari lima bintang (1/5★). Penilaian kami lebih didasarkan pada preferensi pribadi, jadi bisa saja menurut kami ini bukan bacaan kami "banget" atau orang lain berpendapat bahwa bacaan ini bagus dan menginspirasi banget. Tapi, walaupun demikian, telah kami siapkan argumen terkait penilaian kami tersebut pada novel ini. Berikut kami jabarkan beberapa alasan kenapa buku ini bukan buku tipikal yang bisa kami sukai.


Pertama, dari blurb-nya kita semua tahu bahwa rentang lima belas tahun, LIMA BELAS TAHUN, 15 TAHUN, bukanlah waktu yang sebentar. Apalagi lima belas tahun digunakan untuk menjauhi keluarganya dan sengaja tidak pernah pulang, apapun kesempatannya. Tidak. Pokoknya kabur selama lima belas tahun, dan tidak ingin kembali ke kotanya. Bahkan untuk tetap menjalin hubungan dengan keluarganya (Ayahnya), si tokoh utama memutuskan untuk bertemu di kota lainnya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kota asalnya, mungkin demi Ayahnya agar tidak bepergian terlalu jauh dan lama. Oke, kita mulai dari lima belas tahun tidak pulang, bahkan hanya bertemu dengan Ayahnya di luar kota demi tidak pulang ke rumah. Kebayang nggak sih pembangkangnya si tokoh utama? Bukan hanya pembangkang tetapi pemberontak sejati, si keras kepala, apapun itu, you named it. Itulah kira-kira yang kami bayangkan dari karakter si tokoh utama. Tukang ngeyel, pemberontak sejati, pembangkang, keras kepala dan tipe yang tidak mudah memaafkan atau melupakan.

Tapi... kami tidak melihat semua itu dari tokoh utama. Kami malah melihat si tokoh utama ini adalah kakak yang baik, orang yang baik, dan anak yang baik. Lhooo kok serba baik semua? Iya, memang kenyataannya seperti itulah yang kami dapatkan dari si tokoh utama ini. Dia ini ibarat-kata sudah dipaksa balik, ya nurut balik, tidak melakukan protes dan memberikan 1001 alasan agar nggak balik, tetapi malah cuss langsung oteweh pokoknya, kalau kata Alan Walker sih I'm On My Way. Nggak ada pertentangan batin yang hebat. Hanya kebingungan akibat baru bangun tidur. Serius nggak ada aksi heroik penolakan khas seseorang yang memutuskan kabur dan nggak balik selama lima belas tahun.

Lalu, di kesempatan lain saat dia sudah balik ke kampung halamannya, dia ini ibarat diceramahi satu penduduk kota, dari keluarga, tetangga, teman atau siapapun tentang dia yang "berubah", dan perubahannya "dianggap" tidak baik (padahal jadi lebih cantik dan lebih percaya diri dari sebelumnya) dan dia "harus" kembali menetap di kota asalnya saja daripada melanglang buana sampai ke New York, yang menurut pendapat semua orang "nggak jelas". Gemesnya adalah respon si tokoh utama yang nggak ada ngeyelnya atau menanggapi dengan keras kepala dan bersikap membangkang dan angkuh gitu. Dia cuma pasrah saja, cuma di batin saja. Nggak diungkapkan. Dan ketika dia membatin pun bukan untuk "membela dirinya" dan usahanya selama lima belas tahun membangun dirinya yang sekarang, tapi malah alasan kurang jelas, yang intinya dan pokoknya, pokoknya, pokoknya dia nggak mau balik ke kotanya, wis ngunu wae titik. Kurang menghentak sih argumen dan aksi si tokoh utama.



Kedua, genre novel ini adalah romantis kontemporer, dan kami sebagai pecinta novel bucin, nggak merasakan "cinta" dari novel ini, kurang greget dalam mengeksplorasi perasaan cinta itu sendiri. Kami sebal sekali dengan si tokoh utama, serius dia ini kabur lima belas tahun nggak balik-balik, tapi ketika akhirnya di bertemu dengan Joe, dia ini kelihatan biasa-biasa saja. Oke, misal rasa cinta itu akhirnya menghilang selama lima belas tahun dan dia sudah bisa menerima kenyataan yang ada, tapi mbok yaa ada greget pengen cakar si doi kek. Hehehe. Kami yang gemes sendiri malah. Bayangin yaa pacarannya sama dia, nikahnya sama adiknya, pake acara kawin lari pula, kurang terkhianati gimana coba? Terus dia cuma sambil lalu gitu saja waktu pertama kali head to head sama doi setelah lima belas tahun? Lah kalau gitu ngapain juga Mbak kamu kabur sampai lima belas tahun dan menjauhi keluargamu, tapi ternyata reaksimu cuma gitu saja. Lempeng. Padahal kami mengira bakal ada konfrontasi besar-besaran. Atau aksi diam seribu bahasa.

Lalu, ada lagi, bagian si tokoh utama laki-laki, teman masa kecil si tokoh utama perempuan, yang seperti biasa dari sekedar berteman jadi cinta. Tapi masalahnya si doi kok kurang greget sih. Iya kamu Mas yang katanya sudah menyukai si tokoh utama dari kecil, tapi masa usahamu buat mendapatkannya gitu doang. Nggak ada ngotot ngeyel gimana gitu? Memberikan 1001 cara mendapatkan perhatian si tokoh utama? Eh dia malah tarik-ulur cantik. Kamu ini nggak kapok ditinggal atau gimana sih? Sudah ditinggal dua kali loh sama si tokoh utama, pertama saat dia memutuskan pacaran dengan Joe, dan kedua saat ia memutuskan kabur dan dia akhirnya memiliki tunangan. Terus kamu ngapain Mas? Malah tarik-ulur cantik. Nggak ada greget usahanya gitu? Harus banget semua warga kota usaha buat jodohin kalian baru kamu gerak? Hadeuh.



Ketiga, si tokoh utama kabur selama lima belas tahun karena dikhianati adik dan mantan pacarnya kan? Lalu, ketika dia bertemu dengan adiknya yang selama lima belas tahun nggak ketemu dan memutus komunikasi serta tali silaturahim, eh waktu ketemu pertama kali tanggapan si tokoh utama biasa saja. Lempeng. Nggak dibuat sombong dan keras kepala gitu? Atau melakukan aksi diam dan menganggap adiknya cuma tembok gitu?

Gemesnya lagi komunikasi diantara mereka terlihat baik-baik saja. Nggak ada ketegangan yang dibuat-buat oleh tokoh utama buat bikin kesel si adik. Serius, kami jadi mempertanyakan kaburnya kamu selama lima belas tahun. Ngapain Mbak kabur lama-lama? Pertengkarannya seperti marah-marahan yang nggak lebih dari seminggu, lalu ketemu dan semua kembali seperti semula. Hooblah!



Keempat, ini bagian yang paling menyebalkan dari penduduk kota. Kami menamai penduduk kota ini sebagai mereka yang kepo dan suka sekali ikut campur. Kenapa sih mereka semua kepo dan ikut campur urusan si tokoh utama? Iya, memang ini menunjukkan betapa dekat dan akrabnya mereka. Tapi rasanya mereka ini "berkonspirasi" demi membuat si tokoh utama tinggal lagi di kotanya. Semuanya menawarkan nostalgia bersama. Ketemu sama keluarganya nostalgia, ketemu sama temannya nostalgia, nostalgia, nostalgia, nostalgia. Bukannya kami tidak suka nostalgia. Tapi bisa kan membujuk tokoh utama dengan cara lainnya selain bernostalgiaan semua? Serius mereka ini suka menjebak orang dalam keindahan masa lalu atau gimana? Dan mengganggap hidup mereka lebih bahagia dibanding si tokoh utama. Ahhh~ sebal dan gemes.

Lalu sebagian dari mereka adalah anti perubahan. Jadi perubahan yang terjadi pada tokoh utama dianggap sesuatu yang aneh. Dan si tokoh utama nggak memberikan argumen sepantasnya atas perubahan yang terjadi padanya. Hy gurl, kamu perlu membela diri! Kami yang sebel nih jadinya. Masa iya, kamu sudah berubah menjadi sosok yang lebih tangguh, kuat, kokoh, tak tertandingi macam merek semen, malah dikata hidupmu nggak bahagia. Jadi bertanya-tanya siapa sih yang punya meteran kebahagiaan? Kok semua orang bisa dengan mudahnya mengatakan kalau kehidupan tokoh utama nggak bahagia? Hellloooo~ warga kota, si tokoh utama memutus komunikasi dengan kalian semua selama lima belas tahun, yakali balik-balik si tokoh utama dikata nggak bahagia. Tanpa kalian tahu bagaimana ia menjalani hidup. Sebel.



Kelima, alasan kabur lamanya tokoh utama kurang kuat, kurang jelas dan kurang masuk akal. Bahkan ia selama lima belas tahun "gagal" membangun citra dirinya sendiri. Ia hanya berubah secara penampilan tapi tidak dibarengi dengan perubahan lainnya. Dan tentunya hal ini cukup mustahil, penampilan seseorang berubah tanpa dibarengi dengan perubahan mindset-nya. Jadi apa dong alasannya kabur lama kalau ternyata dia ini orang yang baik, pasrah, dan nrimonan? Serius masih belum tahu alasan kuat dia pergi selama itu, tapi nggak ada perubahan yang berarti. Bahkan untuk sekedar bersikap keras kepala demi membela diri sendiri?



Sebenarnya masih ingin kami ungkapkan banyak lagi, tapi nanti jadi spoiler banget, hehehe. Tapi kurang lebih seperti itulah yang kami rasakan. Bingung dengan pilihan sikap si tokoh utama. Kenapa dia mudah sekali kabur bahkan hanya karena luka hati yang ternyata (menurut kami) tidak mengguncang dan menggangunya, dilihat dari dia yang ternyata bisa menerima segalanya ketika sudah tiba di rumah. Hal ini semakin diperjelas ketika dia kembali ke kampung halamannya semuanya berjalan lancar saja. Tidak ada aksi-aksi konyol si tokoh utama akibat sakit hatinya. Ahhh... kami bingung serius. Hal ini karena lima belas tahun nggak balik kampung bukanlah waktu yang sebentar. Tapi lama sekali. Tapi apa yang diceritakan si penulis rasanya si tokoh utama menanggapi semua hal secara lempeng saja. Nggak ada aksi pembangkangan dan keras kepala yang bisa buat orang yang berhadapan dengan si tokoh utama dibuat pusing. Malah yang ada penduduk kota berkonspirasi untuk mengembalikan si tokoh utama agar menetap di kota asalnya. Tanpa dibarengi argumentasi yang kuat dari tokoh utama, kenapa dia menolak pulang. Terlalu timpang pendapat yang dikemukakan, hanya pendapat warga kota saja, sedangkan tokoh utama tidak berusaha membela dirinya.

Parahnya lagi si tokoh utama diposisikan sebagai "yang bersalah". Si tokoh utama yang terkhianati, dia yang kabur lama, dia yang akhirnya kembali, tapi dia juga yang mendapat masukan dan nasihat, seolah dia ini tersesat di hutan dan butuh disadarkan, sebelnya lagi kaburnya si tokoh utama dianggap sesuatu yang salah dan memaksanya agar kembali pulang. Lah adiknya nggak ada yang kasih masukan dan nasihat juga? Iya tahu, kalau cinta adiknya itu cinta sejati, tapi nggak semua jadi salah si tokoh utama kan? Malah pada nyalahin kakaknya yang kabur? Dan menolak perubahan yang terjadi pada si kakak. Huft.



Yah tapi secara gaya bertutur dan alurnya mudah dipahami. Tapi untuk alurnya sendiri kurang signifikan tanjakan maupun turunan yang dimiliki tokoh utama. Setting waktu, tempat dan suasana semuanya oke. Lalu karakter dan karakterisasi tokoh-tokohnya agak biasa saja cenderung menyebalkan sih, jadi kurang bergreget ria. Untuk gaya penulis dalam mengarahkan cerita, bukan salah satu gaya mengarahkan cerita yang kami suka. Secara keseluruhan cerita ini, kami beri nilai 1/5 ★ menyenangkan sebagai bacaan santai namun kurang greget. Dan sedikit menyebalkan. Dan jelas bukan tipikal novel yang kami suka.

Di sini maksud kami bukan berarti sebagai tokoh utama harus serba benar. Tidak. Tokoh utama juga terkadang menjadi pihak yang mesti mendapat masukan dari tokoh yang lain. Tapi posisi dan kesempatan berargumen yang diberikan ke tokoh utama rasanya terlalu timpang dengan warga kota dan keluarganya. Seakan si tokoh utama ini menjadi pihak yang paling sesat dan perlu di ruqyah bareng-bareng. Padahal dari apa yang ditunjukkan oleh tokoh utama, dia ini menjadi pihak yang bijak bahkan baik dan mementingkan keluarga di atas segalanya. Masa masih kena jugde sih? Rasanya kami malah kasian dengan peran dan posisi tokoh utama.



Berikut ini sudah kami siapkan review ringkasnya (Mini Review)! 

Review: Falling Home - Karen White | BookBlogger Indonesia




Judul: Falling Home
Penulis: Karen White
Rating: 1/5 ★
What I feel in emotions:
Tipe Buku: fiction - romance contemporary
Satu hal yang menarik dari buku:
Nasihat tentang mencintai keluarga dan orang-orang terdekatmu. Selalu terhubung dengan mereka adalah salah satu cara terbaik untuk mengerti dan memahami arti kebahagiaan yang sesungguhnya. Kebahagiaan tidak perlu dicari sampai jauh, cukup tengok dan beri senyuman pada keluargamu, di situlah kamu mengetahui arti dan mampu memahami serta memaknai arti kebahagiaan yang sesungguhnya.






Oke, sekian review lengkap dan ringkas dari novel Falling Home karya Karen White. Apabila dijumpai kekurangan maupun kata-kata yang kurang berkenan. Mohon maaf sebesar-besarnya. Sampai jumpa di postingan selanjutnya yang rilis setiap Senin dan Sabtu.


Stay health, stay beauty, stay creative and stay literate


Semoga harimu selalu menyenangkan! 

Keep creative! Keep literate!



See you!
Salam kreatif

Penulis: Admin Journal Creative World 
Editor: Admin Journal Creative World











© Journal Creative World 2020

Komentar

KAMI BERHAK UNTUK:

Menghapus komentar yang tidak mendidik, merendahkan atau menistakan suatu golongan, serta pertimbangan kenyamanan publik lainnya. Kami harap setiap komentar yang muncul di blog ini ramah untuk dibaca pengguna di segala rentang usia. Mohon cerdas dalam berkomentar.

Lima Postingan Terpopuler Minggu Ini!